Love Vegetarian

Thursday, July 31, 2008





101 Alasan Menghentikan Pola Makan Daging







method=post action='http://service.godsdirectcontact.org.tw/web_refer/mail_form.php'>
































1 0 1
 
 
ALASAN




MENGHENTIKAN




POLA 
MAKAN DAGING















 

 

 

 

 



Dalam
laporan PBB (FAO)
yang berjudul Livestock's
Long Shadow: Enviromental Issues and
Options
(Dirilis bulan November 2006), PBB
mencatat bahwa industri peternakan
menghasilkan
emisi gas rumah kaca


yang paling tinggi (
18%),
jumlah ini melebihi gabungan


dari
seluruh transportasi di seluruh dunia (
13%).
PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan
emisi CO2 saja, padahal industri peternakan juga merupakan salah satu sumber
utama pencemaran tanah dan air bersih.

Peternakan
melepaskan

9 % karbondioksida
dan


37 % gas metana (23
kali lebih berbahaya dari CO2).
Selain itu,
kotoran ternak menyumbang

65 % nitrooksida (296

kali lebih berbahaya dari CO2),
serta

64
% amonia
penyebab hujan asam



>>>






MASYARAKAT
 





  1. Di Inggris, mereka
    setiap tahun memberi makan ternak dalam jumlah yang cukup untuk memberi
    makan 250.000.000 orang, sementara di dunia ada 30.000.000 orang yang
    meninggal karena kelaparan











  2. 20 orang yang
    bervegetarian dapat hidup dari hasil lahan yang setara dengan satu orang
    pemakan daging saja




  3. Setiap 3 detik ada
    satu orang anak yang meninggal karena kelaparan di suatu tempat di dunia




  4. Seandainya orang Amerika mengurangi konsumsi daging mereka hingga 10%, hal
    itu dapat menghemat 12.000.000 ton padi-padian yang cukup untuk memberi
    makan 60.000.000 orang (jumlah penduduk Britania Raya)




  5. Seandainya semua orang Amerika menjadi vegetarian, maka hal itu akan
    menghemat padi-padian yang dapat memberi makan 600.000.000 orang  (jumlah
    penduduk India)




  6. Intensifikasi peternakan hewan telah memindahkan 1.000.000 penduduk dari
    tanah tradisional mereka, sebagai contoh orang-orang di Amerika Selatan &
    Tengah, penduduk asli Amerika di Amerika Selatan, dan di Britania Raya,
    hal ini masih berlanjut sampai hari ini




  7. Orang-orang yang
    dipindahkan dari tanah asal mereka ke kota lain menderita kekurangan gizi,
    terkena berbagai macam penyakit, parasit, dan penyakit yang menyerang
    sistem kekebalan tubuh




  8. Pada negara-negara
    dunia ketiga, 1 dari 10 bayi meninggal sebelum ulang tahun mereka yang
    pertama











  9. Inggris mengimpor
    gandum yang setara dengan £46.000.000 dari negara-negara dunia ketiga
    sebagai pakan untuk ternak



  10. Karena
    beternak yang berlebihan, 850.000.000 orang yang tinggal di daratan
    terancam oleh penggurunan (tanah subur berubah menjadi gurun pasir) dan
    lebih dari 230.000.000 sudah tinggal di daratan yang berpadang pasir
    sehingga tidak dapat mempertahankan kehidupan mereka serta menghadapi
    kelaparan sebentar lagi




  11. 1.000.000.000 orang di belahan bumi barat suka makan daging, susu, dan
    produk turunannya dengan rakus serta meninggalkan 1.000.000.000 lainnya
    untuk dibuang serta 3.500.000.000 lainnya juga menunggu saatnya
    disia-siakan

     




TANAH 




  1. Jika
    mereka terus menghilangkan hutan Amerika
    untuk membesarkan ternak dengan kecepatan sekarang, maka dalam 50 tahun ke
    depan tidak akan ada hutan yang tersisa



  2. Tanah
    seluas 4000 m2 hanya dapat menghasilkan 75  kg daging sapi,
    tetapi sebaliknya jika ditanam kentang maka dapat menghasilkan 9080 kg
    kentang



  3. 80%
    tanah yang ditanami di Inggris dipakai untuk menanam makanan ternak (
    14.732.000 ha )




  4. Dibutuhkan 8 kg protein kedelai untuk menghasilkan 0,5 kg daging







       




  5. Sejak tahun 1945, di Inggris telah kehilangan 95% padang rumput berbunga,
    50% daerah hutan liar, 40% wilayah segar, 50% wilayah basah, dan
    224.000 km pagar tanaman, semuanya disebabkan oleh peternakan hewan




  6. Tekanan pada tanah karena peternakan hewan potong menyebabkan erosi
    tanah sebanyak 6 milyar ton/tahun di Amerika




  7. Jika setiap orang bervegetarian maka hingga 90% tanah yang dipakai untuk
    peternakan hewan bisa diambil-alih untuk wilayah hutan, ruang terbuka
    untuk kegiatan santai, dll




  8. Sejak tahun 1960,
    sekitar 25 % hutan di Amerika tengah telah dimusnahkan untuk lahan
    pemeliharaan ternak




  9. Antara tahun 1966 sampai
    dengan tahun 1983, 38% dari hutan hujan di Amazon dimusnahkan untuk lahan
    pemeliharaan ternak











  10. 90% dari lahan
    peternakan sapi yang didirikan menyebabkan pembabatan hutan yang serius
    selama 8 tahun terakhir. Lahan tersebut kemudian menjadi tandus karena
    hilangnya kesuburan akibat beratnya beban lingkungan untuk memelihara
    ternak




  11. Penggembalaan ternak merusak tanah dan meningkatkan pembentukan padang
    pasir. Sekitar 2,08 tiliun m2 tanah di AS saja telah menderita
    pengurangan hasil panen sebesar 25-50% sejak penggembalaan yang pertama




  12. Satu inci lapisan tanah teratas memakan waktu 200-1000 tahun untuk
    terbentuk - tetapi di AS mereka telah kehilangan 1/3 dari lapisan tanah
    teratas utamanya dalam 200 tahun ini (sekitar 7 inci) karena peternakan
    hewan



  13. Tanah
    akan hilang karena kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global karena
    dampak peternakan hewan



 



UDARA 





  1. Penghancuran hutan oleh para peternak sapi telah merusak paru-paru dunia
    serta mengurangi daya tahan dunia untuk mengisi ulang persediaan oksigen
    kita











  2. Sejumlah 1.300.000.000 ekor sapi di dunia telah melepaskan 60.000.000 ton
    gas metana setiap tahunnya (gas metana adalah gas rumah kaca dan penyebab
    pemanasan global)




  3. Pembakaran hutan, padang rumput, serta ladang pertanian yang
    tandus berhubungan dengan perternakan hewan yang juga melepaskan gas
    metana sebesar 50 sampai 100.000.000 ton setiap tahunnya



  4. Dengan
    menggabungkan angka-angka ini, 25% dari emisi gas metana disebabkan oleh
    peternakan hewan (tidak termasuk milyaran kambing, babi dan ayam,  jadi
    angka yang sebenarnya adalah jauh lebih tinggi)



  5. Pupuk
    yang dipergunakan sebagai penyubur tanaman untuk pakan ternak mengeluarkan
    nitrogen oksida - diperkirakan menyumbang 6% dari efek gas rumah kaca







     



  6. Pupuk,
    obat pembunuh rumput-rumputan, dan pestisida yang disemprotkan pada
    tanaman ikut masuk ke atmosfer dan menciptakan campuran karsinogenik yang 
    berbahaya




  7. CFC banyak dilepaskan ke udara dari pendingin yang digunakan untuk    
    menyimpan daging, susu, dan mentega. CFC dapat merusak lapisan ozon




  8. Amonia yang berasal dari air seni hewan juga mencemarkan atmosfer




  9. CO2 banyak dilepaskan dari pembakaran minyak dan bensin pada truk, kapal
    laut, rumah jagal, perusahaan susu, pabrik dan lainnya yang berkaitan
    dengan  produksi  daging maupun perusahaan susu



  10. Emisi
    dari industri-industri besar yang bergerak di bidang produksi pupuk kimia,
    obat pembunuh rumput liar, dan bahan kimia pertanian lainnya juga akan
    meracuni udara kita




AIR 





  1. 25 galon air dapat memproduksi ½ kg gandum, sedangkan untuk menghasilkan ½
    kg daging diperlukan 2500 galon air




  2. Hewan ternak Inggris memproduksi 200.000.000 ton tinja setiap tahunnya,
    yang sebagian besar berakhir di sungai-sungai kita



  3. Air
    buangan yang banyak mengandung darah dari tempat penjagalan berakhir di
    sungai kita.



  4. Di
    Amerika Serikat manusia menghasilkan kotoran seberat 6.000 kg setiap
    detiknya sedangkan hewan ternak menghasilkan seberat 125.000 kg.







     



  5. Nitrat
    dan pestisida yang digunakan pada tanaman untuk makanan ternak, berakhir
    di sungai kita.




  6. Peternakan daging dan susu
    di Inggris menggunakan 70 liter air per
    hari per hewan atau 159.250.000. 000 liter air per tahun secara total




  7. Air yang digunakan untuk
    memproduksi 5 kg daging bistik setara dengan penggunaan air untuk seisi
    anggota rumah tangga selama setahun




  8. Pemakaian air bawah tanah
    untuk menanam tumbuhan bagi konsumsi hewan serta untuk penyediaan air bagi
    tempat-tempat penjagalan dapat mengakibatkan kekurangan air yang lebih
    parah




  9. Penyimpanan air tanah di lembah San Joaquin di Amerika Serikat mengalirkan
    500.000.000.000 galon air per tahun untuk menghasilkan daging



  10. 18%
    dari tanah pertanian di dunia memakai sistem irigasi dan karena pemanasan
    global meningkat yang sebagian diakibatkan oleh peternakan hewan, maka
    dana yang dibutuhkan untuk membuat sistem ini berjalan sebesar
    $200.000.000











  11. Air
    yang digunakan untuk menghasilkan 500 kg daging sapi cukup untuk dapat
    mengapungkan sebuah kapal perang




  12. Limbah cair dari
    berbagai bagian industri daging dan susu mengalir ke dalam sungai dan
    membuat polusi hingga ke laut, serta dapat membuat alga berkembang biak
    secara besar-besaran




 




EFISIENSI
 





  1. Untuk menghasilkan satu
    kalori energi daging saja membutuhkan 60 kalori bensin, sedangkan jika
    kita menanam biji-bijian dan kacang-kacangan untuk memberi makan manusia
    secara langsung, maka setiap satu kalori bahan bakar dapat menghasilkan 20
    kalori (berarti 1200 kali lebih efisien)





  2. Peternakan daging dan
    susu menggunakan miliaran galon minyak untuk menjalankan traktor, bahan
    bakar kapal dan truk untuk alat transportasi hewan ternak dan makannya,
    memompa miliaran galon air untuk irigasi sawah dan menjalankan usaha rumah
    jagal, energi listrik untuk pendingin agar bahan-bahan tersebut tidak
    membusuk, serta sistem saluran pembuangan limbah untuk membersihkan
    beberapa polusi yang dihasilkan









  3. Ternak
    hanya mengubah 6%  energi yang dimakannya (terutama padi-padian dan kacang
    kedelai) menjadi daging, sisanya 94% terbuang sebagai panas, pertumbuhan
    bulu, tulang, kotoran, gerakan (itulah mengapa banyak ternak yang
    dipelihara di kandang yang sangat sempit), dan sebagainya



  4. Untuk
    menghasilkan ½ kg daging sapi diperlukan 1 galon bensin



  5. Sebuah
    keluarga yang beranggotakan empat orang, jika mereka makan daging sapi
    dalam setahun maka bensinnya cukup untuk menjalankan sebuah mobil selama 6
    bulan (tergantung seberapa jauh Anda mengemudi!)




  6. Jika seluruh kerugian lingkungan karena daging dibebankan kepada kosumen
    maka harganya paling sedikit akan menjadi empat

    kali lipat




  7. EC menghabiskan $100.000.000 untuk menyubsidi produksi hewan yang
    mengakibatkan berdanau-danau susu yang dibuang karena tidak dikehendaki
    dan bergunung-gunung daging serta mentega yang tidak dikehendaki. Uang ini
    bisa digunakan dengan lebih baik untuk mendukung produksi buah, sayuran,
    dan biji-bijian organik




  8. Pada tahun 1979 di AS ada 145.000.000 ton hasil bumi yang dijadikan
    makanan ternak yang hanya menghasilkan 21 juta ton tubuh hewan - biaya
    dari hasil bumi yang disia-siakan ini berjumlah $20.000.000.000




  9. Antara tahun 1950 dan 1985, produksi gabah/padi di Eropa dan AS meningkat
    secara besar-besaran namun 2/3 darinya digunakan sebagai makanan ternak




  10. 70% dari keseluruhan gabah/padi digunakan sebagai makanan ternak




  11. Memakan daging hewan, telur, susu, dan mentega dalam jumlah yang sangat
    besar adalah suatu kemewahan dan tidak dapat ditanggung oleh sebagian
    besar planet




HEWAN 





  1. Memancing dengan jala yang digerakkan mesin pendorong atau alat modern
    lainnya telah merusak dan menghancurkan ekosistem secara membabi buta
    serta membunuh milyaran mahkluk laut maupun merusak dasar laut



  2. Jala
    dari para pemancing dapat membunuh hewan lainnya hingga 10 kali lipat dari
    ikan yang ingin ditangkap








                                                                                                 




  3. Ikan yang tertangkap jala mati lemas secara pelan-pelan
    dan sangat menderita  





  4. Setiap tahun 15.000.000.000 hewan ternak
    dipotong untuk makanan, begitu juga hewan laut yang ditangkap dalam jumlah
    yang tidak diketahui tapi diperkirakan lebih besar lagi jumlahnya
    (termasuk di antaranya 1000 ikan lumba-lumba yang secara tidak sengaja
    tertangkap)





  5. Ayam-ayam dikurung di dalam kandang yang sangat sempit hingga 3 ekor
    lebih, mereka bahkan tidak dapat melebarkan sayapnya dan yang lainya
    bahkan tidak dapat berdiri





  6. Anak ayam jantan yang tidak diinginkan (karena mereka tidak dapat
    bertelur) dibinasakan dengan gas atau digiling sampai hancur. Sementara
    anak ayam betina digiring ke dalam kandang-kandang yang sempit




  7. Anak-anak ayam dipotong paruhnya tanpa pembiusan untuk mencegah mereka
    saling mematuk satu sama lain karena mereka dimasukkan ke dalam kandang
    yang sangat kecil. Hal ini sama saja dengan mencabut kuku Anda tanpa
    pembiusan



  8. Metode
    peternakan modern menggunakan hormon penumbuh daging dan sinar buatan
    untuk membesarkan anak ayam yang membuat banyak ayam yang tumbuh melampaui
    kapasitas pertumbuhan tulangnya sehingga mengakibatkan tulang mereka rapuh
    dan kaki mereka patah




  9. Induk-induk babi dikurung dalam kandang seluas 1,3 meter x 1 meter di
    lantai beton atau logam, mereka bahkan tidak bisa memutarkan tubuhnya







      




  10. Hewan ternak yang
    dibesarkan untuk dagingnya ditempatkan di kandang tanpa jendela, dengan
    jumlah 20-30.000 dalam setiap kandang, mereka hidup di area seluas 10-20
    cm2 dan karena terlalu sesak mereka saling menyerang seperti
    unggas-unggas aduan sehingga mereka seringkali menderita luka kulit yang
    bernanah.




  11. Kandang ayam pedaging dinyalakan lampunya selama 23 jam sehari untuk
    mengasilkan pertumbuhan yang pesat.




  12. Para hewan dibawa dari peternakan ke rumah jagal dengan transportasi yang
    penuh sesak dan tanpa makanan maupun air sehingga menimbulkan stres,
    luka-luka, dan kematian. Persyaratan resmi yang ada seringkali diabaikan.




  13. 95% hewan ternak menderita luka-luka sebelum akhirnya dibunuh dan 30% di
    antaranya menderita patah tulang.





  14. Masalah yang mengerikan adalah ada banyak hewan yang digorok lehernya pada
    saat mereka masih sadar (sekitar 6% atau 200.000 sapi per tahun) atau
    dimasukkan ke dalam tangki berisi air mendidih (untuk menghilangkan
    bulu-bulu halus dan keras mereka) ketika mereka masih penuh dengan
    kesadaran





  15. Setiap menit ada 4000 ekor hewan yang mati di rumah jagal Inggris dan
    mereka mati dengan menyemburkan darah







     





  16. Kulit sapi didapatkan dari sapi-sapi muda yang dibunuh ketika mereka
    berusia 2 minggu





  17. Sapi dibesarkan dengan makanan yang berasal dari sisa makanan sapi atau
    domba lain. Sapi di peternakan AS diperkirakan terkena BSE (penyakit sapi
    gila) karena diberi makan pelet (berbentuk butiran) dari makanan hasil
    daur ulang




  18. Sapi hanya menghasilkan susu 10 bulan setelah mereka
    mempunyai anak – tetapi mereka secara rutin diberikan suntikan buatan
    (cth. diperkosa dengan mesin) untuk membuat mereka tetap hamil dan
    menyusui – anak-anak mereka selalu diambil (biasanya ketika berumur 12
    jam) untuk diambil dagingnya sebagai daging sapi muda




  19. Sapi secara alami dapat hidup lebih dari 20 tahun tetapi
    mereka dibantai setelah 5 sampai 7 tahun ketika produksi susu mereka mulai
    berkurang




  20. Di Inggris, hewan dibunuh dengan menggunakan listrik atau
    dengan gulungan senapan untuk tahanan ( ie. Gulungan ditembakkan ke kepala
    mereka) sebelum menggorok leher mereka dan dicelupkan ke dalam air
    mendidih - semua ini terjadi pada proses produksi dimana hewan
    dinaik-turunkan dengan memakai alat pembawa barang – ini terjadi di pabrik
    peternakan





  21. Hewan
    adalah
    korban dan budak paling tidak beruntung dari tindakan kekejaman umat
    manusia” - John Stewart Mill (ahli filsafat)




  22. Anak
    sapi dikurung di kandang yang gelap, mereka tidak dapat
    bebas
    bergerak dan diberi makan darah babi, coklat, serta susu yang telah
    mengering (sementara kita minum susu segar yang melimpah dari induknya)




  23. Sapi secara alami biasanya menghasilkan 5 liter susu
    per hari untuk anak-anaknya, tetapi di bawah sistem peternakan modern yang
    intensif, mereka menghasilkan 25-40 liter susu per hari sehingga
    mengakibatkan
    kantung susunya
    meradang dan membengkak, dengan demikian mereka mudah menjadi letih




  24. Kawasan daratan yang luas dijadikan lahan menanam satu
    jenis tanaman untuk memberi makan ternak – kawasan ini secara perlahan
    berubah menjadi padang gurun yang kelak hanya dapat menyangga sedikit
    spesies




KESEHATAN 





  1. Vegetarian dapat
    menurunkan tingkat kematian sebesar 20% dari segala penyebabnya (contoh:
    mereka hidup lebih lama dan tidak sering sakit)




  2. Daging penuh
    dengan residu antibiotik, hormon, dan racun yang diproduksi karena
    tekanan, serta sisa pestisida yang terkumpul dari tanaman panen yang
    mereka makan




  3. Ikan mengandung

    logam berat

    dan polutan lainnya yang kebanyakan berasal dari polusi air




  4. Organisasi 
    Kesehatan Dunia
    menyarankan diet yang rendah lemak, gula, dan garam; mereka menyarankan
    makanan yang penuh dengan serat - persis seperti apa yang kita dapatkan
    dalam makanan vegan/vegetarian



  5. Hewan
    ternak mengandung hingga 50% lemak jenuh di dalam tubuhnya



  6. Para
    vegetarian berkurang terkena resiko penyakit jantung sebesar 24%,
    sedangkan Para Vegan berkurang 57% (penyakit jantung adalah pembunuh
    tertinggi di Inggris hingga 50% kematian)




  7. Kegemukan jarang ditemui di kalangan vegetarian, sedangkan kegemukan
    berhubungan erat dengan banyak penyakit










  8. Para
    vegan dan vegetarian memiliki tingkat tekanan darah serta tingkat
    kolesterol yang lebih rendah – tekanan darah dan tingkat kolesterol yang
    tinggi berhubungan dengan penyakit jantung, stroke, serta kegagalan ginjal



  9. Para
    vegetarian berkurang terkena resiko kematian akibat diabetes sebesar 50%



  10. Para
    vegetarian memiliki 40% lebih kecil terkena resiko kanker dibandingkan
    dengan populasi pada umumnya, hal ini diperkiraan karena para
    vegetarian memperoleh asupan vitamin A, C, dan E yang lebih tinggi.




  11. Para vegetarian
    memiliki resiko terkena penyakit empedu dan batu ginjal yang lebih kecil.
     





  12. 80% faktor keracunan makanan disebabkan oleh daging yang terinfeksi
    (kotoran, bakteri, dsb). Selain itu, daging adalah bangkai yang telah
    busuk, di dalamnya banyak bakteri salmonela yang juga ditemukan dalam
    telur.
     





  13. Osteoporosis adalah kehilangan kalsium dari tulang, hal ini terutama
    disebabkan oleh kandungan sulfur dari daging dan protein kasein dari susu
    yang menyebabkan hilangnya kalsium sewaktu kita buang air kecil. Negara
    dengan konsumsi daging dan produk susu tertinggi penduduknya juga
    mengalami tingkat kerapuhan tulang yang tertinggi.



  14. 50 %
    dari manusia tidak mempunyai enzim untuk mencerna susu dengan baik, selain
    itu alergi terhadap susu dapat menyebabkan ashma dan eksim




  15. Pemakan daging mempunyai resiko ganda terhadap penyakit Alzheimers
    dibandingkan dengan para vegan dan vegetarian - beberapa orang juga merasa
    bahwa penyakit Parkinson juga berhubungan dengan makan daging



  16. Kuning
    telur penuh dengan konsentrasi lemak jenuh dan putih telur penuh dengan
    protein albumen yang berhubungan dengan larutnya kalsium ke dalam urine
    kita. Mentega mengandung 80% lemak jenuh, kream mengandung 40% lemak
    jenuh, dan keju mengandung 25-40% lemak jenuh




  17. Pemakan daging cenderung dua setengah kali terkena resiko penyakit kanker
    usus dibandingkan para vegetarian




  18. Plastik


    pembungkus yang biasanya digunakan untuk membungkus daging di supermarket
    dan tempat penjualan daging mengandung unsur kimiawi yang dapat
    mengakibatkan mandulnya sperma pada pria





  19. Orang China Daratan (yang kebanyakan hidup dengan diet vegetarian)
    mengonsumsi 20% lebih banyak kalori dibandingkan dengan orang Amerika,
    tetapi orang Amerika 20% lebih gemuk





  20. Dari 2.100.000 kematian yang terjadi di AS pada
    tahun
    1987, sebanyak 1.500.000 kematian dikarenakan masalah pola
    makan (misalkan daging & susu)







DAN
INI DAPAT TERUS BERTAMBAH !


Jika
Anda sudah membaca sampai sejauh ini maka saya berharap agar Anda mulai mengerti bahwa industri Daging & Susu
merupakan penyebab utama kesengsaraan planet ini. Mereka merusak kesehatan
penduduk di negara-negara kaya, mengakibatkan kelaparan di negara-negara
miskin, menyiksa dan membunuh milyaran hewan setiap tahun, selain itu mereka
merupakan salah
satu faktor utama kerusakan lingkungan
jadi apa yang dapat dikatakan industri daging & susu untuk membela diri?




Baiklah, satu-satunya kemenangan
mereka adalah “Daging enak” – cukup adil bagi banyak orang yang menyukai
kelezatan daging – tetapi masih ada banyak pilihan lain yang lebih lezat (pertimbangkanlah
aneka masakan vegetarian India – salah satu seni memasak kuno yang paling
muktahir di dunia) dan jika Anda benar-benar kecanduan daging & susu,
sekarang ada banyak
pilihan yang sehat tanpa produk hewani – cari saja di supermarket dan toko
makanan kesehatan. Jadi sangatlah menyedihkan jika Anda telah mengetahui
segala bukti lalu hanya berkata “Baiklah saya tahu, Anda benar soal
lingkungan, kesehatan, dan hewan – tetapi saya tetap menyukai daging.”















Download Gratis Buku Pemanasan
Global

         










 

Labels:







Apa Hubungan Pola Makan Daging dengan Pemanasan Global





Apa Hubungan Pola Makan Daging dengan Pemanasan Global


by: Chindy Tan








 

 

 

 

 



Dalam
laporan PBB (FAO)
yang berjudul Livestock's
Long Shadow: Enviromental Issues and
Options
(Dirilis bulan November 2006), PBB
mencatat bahwa industri peternakan
menghasilkan
emisi gas rumah kaca


yang paling tinggi (
18%),
jumlah ini melebihi gabungan


dari
seluruh transportasi di seluruh dunia (
13%).
PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan
emisi CO2 saja, padahal industri peternakan juga merupakan salah satu sumber
utama pencemaran tanah dan air bersih.

Peternakan
melepaskan

9 % karbondioksida
dan


37 % gas metana (23
kali lebih berbahaya dari CO2).
Selain itu,
kotoran ternak menyumbang

65 % nitrooksida (296

kali lebih berbahaya dari CO2),
serta

64
% amonia
penyebab hujan asam



>>>







www.pemanasanglobal.net



Alarm tanda bahaya dampak pemanasan global berbunyi semakin nyaring.
Pola pencairan es di Kutub merupakan salah satu indikatornya. Perubahan
demi perubahan melaju dalam hitungan bulan. Tanggal 18 Maret 2008, Jay
Zwally, ahli iklim NASA, memprediksi es di Arktika hampir semua akan
mencair pada akhir musim panas 2012. Hanya dalam waktu dua bulan prediksi
itu bergeser. Tanggal 1 Mei 2008 lalu, prediksi terbaru dilansir NASA:
mencairnya semua es di Arktika bisa terjadi di akhir tahun 2008 ini.
Sederet tanda-tanda bahaya yang telah terjadi sebelumnya adalah volume es
di Arktika pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari empat tahun
sebelumnya. Es di Greenland yang telah mencair mencapai 19 juta ton.
Fenomena terbaru lainnya, pada tanggal 8 Maret 2008 beting es Wilkins di
Antartika yang berusia 1500 tahun pecah dan runtuh seluas 414 kilometer
persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya atau sepertiga luas Jakarta).














 

Ada 400
miliar ton gas metana di dasar laut Kutub yang dapat memusnahkan kehidupan
di Bumi  



Efek
domino apa yang membayang bila es di Arktika mencair semua? Mencairnya es
di Arktika tidak akan menaikkan level permukaan air laut, melainkan akan
mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri. Bila es di Arktika
mencair semua, 80% sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap
95% oleh air laut. Konsekuensi lanjut adalah potensi terlepasnya 400
miliar ton gas metana atau 3000 kali dari jumlah
gas metana di
atmosfer. Gas metana dapat terlepas akibat mencairnya bekuan gas metana yang
stabil pada suhu di bawah dua derajat celcius. Seperti diketahui, gas metana
memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari gas CO2. Salah satu
skenario yang mungkin terjadi adalah terulangnya bencana


kepunahan massal
yang pernah terjadi pada 55 juta tahun yang lalu dikenal dengan masa PETM
(Paleocene-Eocene Thermal Maximum). Saat itu, gas metana yang terlepas ke
atmosfer mengakibatkan percepatan pemanasan global hingga mengakibatkan
kepunahan massal. Bukti geologi lain menunjukkan kepunahan massal juga
pernah terjadi 251 juta tahun lalu, pada akhir periode Permian. Akibat
terlepasnya gas metana, lebih dari 94% spesies mengalami kepunahan massal.
Kematian massal
terjadi mendadak karena turunnya level oksigen secara ekstrem.



Membaca fakta-fakta di atas, satu hal yang patut digarisbawahi adalah
tenggat waktu yang semakin sempit. Dr. Rajendra K. Pachauri, Ketua IPCC,
menekankan bahwa dua tahun ke depan merupakan masa tenggat penting untuk
menghambat laju pemanasan global yang bergerak dengan sangat cepat. James
Hansen, ahli iklim NASA, mengatakan bahwa kita telah berada di titik sepuluh
persen di atas batas ambang kemampuan Bumi mencerna CO2. Artinya, kita telah
melampaui titik balik. Pada level saat ini, tindakan yang harus diambil
bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.



Kita butuh kecepatan dan ketepatan membaca masalah hingga dapat memilih
solusi yang efektif. Solusi yang mampu berpacu dengan waktu untuk
memperlambat laju pemanasan global. Berkaitan dengan ini, dalam konferensi
persnya di Paris, 15 Januari 2008, Pachauri mengimbau masyarakat dunia dalam
tingkat individu untuk: pertama, jangan makan daging. Kedua, kendarai sepeda.
Ketiga, jadilah konsumen yang hemat.







Mengapa
”jangan makan daging” berada pada urutan pertama? Fakta berbicara, seperti
laporan yang dirilis Badan Pangan Dunia – FAO (2006) dalam Livestock’s Long
Shadow – Environmental Issues and Options, daging merupakan komoditas
penghasil emisi karbon paling intensif (18%), bahkan melebihi kontribusi
emisi karbon gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk,
pesawat, kapal, kereta api, helikopter) di dunia (13%). Peternakan juga
adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 70% persen bekas
hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Setiap
tahunnya, penebangan hutan untuk pembukaan lahan peternakan berkontribusi
emisi 2,4 miliar ton CO2.



Memelihara ternak membutuhkan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan
pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, mesin
pendingin untuk penyimpanan daging. Mesin pendingin merupakan mata rantai
paling tidak efisien energi listrik. Hitung saja mesin pendingin mulai dari
rumah jagal, distributor, pengecer, rumah makan, pasar hingga sampai pada
konsumen. Mata rantai inefisiensi berikutnya adalah alat transportasi untuk
mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung lain dalam
peternakan intensif seperti obat-obatan, hormon dan vitamin.



Mata rantai lain yang sangat tidak efisien tapi telah berlaku demikian
kronis adalah pemanfaatan hasil pertanian untuk peternakan. Dua pertiga
lahan pertanian di muka Bumi ini digunakan untuk peternakan. Sebagai contoh,
Eropa mengimpor 70% protein (kedelai, jagung dan gandum) dari pertanian
untuk peternakan. Indonesia sendiri pada tahun 2006 mengimpor jagung untuk
pakan ternak 1,77 juta ton. Prediksi produksi pakan ternak naik dari 7,2
juta ton menjadi 7,7 juta ton, kata Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan
Unggas-Paulus Setiabudi (Kompas, 8 November 2007). Sementara itu, menurut
data Indonesian Nutrition Network (INN), setengah dari penduduk Indonesia
mengalami kelaparan tersembunyi (16 Sept 2005), sebagaimana yang dikemukakan
oleh Menteri Kesehatan DR. dr. Fadillah Supari, SPJP(K).







Tanggal 30 April 2008 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak
segenap bangsa ini untuk bersama saling membahu menghadapi krisis pangan
dunia. Akar masalah kelangkaan pangan jika dicermati salah satunya adalah
krisis manajemen lahan itu sendiri. Secara matematis, inefisiensi pemakaian
lahan pertanian untuk pakan ternak tercermin dari perhitungan kalori yang
“terbuang” untuk membesarkan ternak cukup. Pakan yang selama ini diberikan
kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Berarti
masih ada kelebihan kalori untuk 2,1 miliar orang. Sebenarnya tidaklah sulit
untuk memahami mendesaknya perubahan pola makan ini, yakni perubahan ke pola
makan yang mata rantainya pendek. Perut manusia bisa langsung mencerna
kedelai, jagung dan gandum tanpa harus melalui perut ternak terlebih dahulu.
Tidakkah beralih ke pola makan bebas daging justru dapat menjadi solusi
ketimpangan akses pangan seluruh dunia?







Pertanian untuk pakan ternak itu sendiri merupakan penyumbang 9% CO2 (karbondioksida),
65% N2O (dinitrooksida) dan 37% CH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah
kaca N2O adalah 296 kali CO2, sedangkan CH4 adalah 25 kali CO2. Satu lagi
masalah industri peternakan yang sangat krusial yakni, inefisiensi air.
Sekian triliun galon air diperuntukkan untuk irigasinya saja. Sebagai
gambaran sederhana, untuk mendapatkan satu kilogram daging sapi mulai dari
pemeliharaan, pemberian pakan ternak, hingga penyembelihan seekor sapi
membutuhkan satu juta liter air! Data yang dihimpun Lester R. Brown,
Presiden Earth Policy Institute dan Worldwatch Institute, memaparkan dalam
bukunya ”Plan B 3.0 Mobilizing to Save Civilization” (2008) bahwa karena
untuk memproduksi satu ton biji-bijian membutuhkan seribu ton air, tidak
heran bila 70% persediaan air di dunia digunakan untuk irigasi.



Jejak emisi gas rumah kaca daging terukur jelas. Dr Rajendra memberi
ilustrasi konversi energi untuk memelihara sampai menghasilkan sepotong
daging sapi, domba atau babi sama besar dengan energi yang dibutuhkan untuk
menyalakan lampu 100 watt selama 3 minggu. Satu kilogram daging menyumbang
36,4 kg CO2, tidak heran bila data dari film dokumenter ”Meat The Truth”
menyebutkan emisi CO2 seekor sapi selama setahun sama dengan mengendarai
kendaraan sejauh 70.000 km. Penelitian di Belanda (www.partijvourdedie.en.el)
mengungkapkan, seminggu sekali saja membebaskan piring makan dari daging
masih 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah
tangga dalam setahun.



Penelitian paling gres yang dilakukan Prof. Gidon Eshel dan Pamela A. Martin
(”Diet, Energy and Global Warming”) merunut kontribusi setiap potongan
daging terhadap emisi karbon. Penelitian ini diakui secara ilmiah dan
dipublikasikan dalam jurnal bergengsi para ilmuwan Earth Interaction Vol. 10
(Maret 2006). Jumlah gas rumah kaca yang diemisikan oleh daging merah, ikan,
unggas, susu dan telur jika dibandingkan dengan diet murni nabati/vegan,
ternyata jika satu orang dalam setahun mau mengganti diet hewani mereka ke
diet nabati murni/vegan akan mencegah emisi CO2 sebesar 1,5 ton. Lima puluh
persen lebih efektif daripada upaya mengganti mobil Toyota Camry ke mobil
Toyota Prius hybrid sekalipun yang
ternyata hanya mampu mencegah 1 ton emisi CO2.









Objektivitas akan menuntun kita untuk mengakui pola konsumsi daging sebagai
kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Pilihan kita tidak banyak,
mengingat tenggat waktu yang demikian sempit. Mengutip tulisan Senator
Queensland, Andrew Bartlett, bahwa seluruh dunia tidak mesti menjadi
vegetarian atau vegan untuk menyelamatkan planet kita, tapi kita harus
mengakui fakta-fakta ilmiah ini, bahwa jika kita tidak mengurangi konsumsi
produk hewani, kesempatan kita untuk menghentikan perubahan iklim adalah
nihil. Menurut Bartlett, tidak ada langkah yang lebih murah, lebih mudah dan
lebih cepat untuk dilakukan yang dapat mengurangi kontribusi tiap individu
terhadap emisi gas rumah kaca selain memangkas jumlah konsumsi daging dan
produk susu dan olahannya.



Aksi untuk hemat bahan bakar kita masih banyak bergantung pada fasilitas
umum. Upaya yang paling bisa kita lakukan adalah menggunakan kendaraan umum.
Namun, sudah menjadi rahasia umum, tidak mudah untuk menggunakan kendaraan
umum jika berhadapan dengan kepentingan keamanan, dan untuk ini kita masih
bergantung pada kebijakan pemerintah. Aksi hemat energi dalam konteks yang
paling ideal bergantung pada teknologi. Sumber energi paling ramah
lingkungan yakni tenaga angin, air, dan matahari, masih jauh membutuhkan
teknologi dan biaya yang tidak kecil. Butuh waktu yang panjang dan upaya
ekstra untuk menggerakkan kesadaran massal untuk hemat energi, hemat listrik,
hemat bahan bakar karena harus berhadapan dengan kebiasaan dan perilaku yang
telah mengakar.









Mengubah pola makan juga berhadapan dengan kebiasaan yang telah mengakar.
Namun, memegang sendok dan akhirnya menjatuhkan pilihan apa yang akan
dimasukkan ke mulut kita, sepenuhnya berada di kendali kita. Langsung bisa
dilakukan! Jarak antara piring dan mulut kita mungkin hanya sejarak panjang
sendok, membalikkan isi sendoknya hanya butuh waktu sekedipan mata, tapi
kendalinya ada pada mindset tiap kita. Sejenak, biarkan kepala dingin hadir.
Mari dengan mata jernih melihat realitas, mengakui fakta betapa tekanan pola
konsumsi daging sedemikian hebatnya pada daya dukung Bumi. Sejenak merasakan
beban berat Bumi ini mungkin akan menggeser pilihan kita ke pola konsumsi
tanpa daging, pola yang jauh lebih ramah Bumi.







Selebritis Vegetarian Indonesia















Download Gratis Buku Pemanasan
Global

         









Labels:







Apa Hubungan Pola Makan Daging dengan Pemanasan Global





Apa Hubungan Pola Makan Daging dengan Pemanasan Global


by: Chindy Tan








 

 

 

 

 



Dalam
laporan PBB (FAO)
yang berjudul Livestock's
Long Shadow: Enviromental Issues and
Options
(Dirilis bulan November 2006), PBB
mencatat bahwa industri peternakan
menghasilkan
emisi gas rumah kaca


yang paling tinggi (
18%),
jumlah ini melebihi gabungan


dari
seluruh transportasi di seluruh dunia (
13%).
PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan
emisi CO2 saja, padahal industri peternakan juga merupakan salah satu sumber
utama pencemaran tanah dan air bersih.

Peternakan
melepaskan

9 % karbondioksida
dan


37 % gas metana (23
kali lebih berbahaya dari CO2).
Selain itu,
kotoran ternak menyumbang

65 % nitrooksida (296

kali lebih berbahaya dari CO2),
serta

64
% amonia
penyebab hujan asam



>>>







www.pemanasanglobal.net



Alarm
tanda bahaya dampak pemanasan global berbunyi semakin nyaring. Pola
pencairan es di Kutub merupakan salah satu indikatornya. Perubahan demi
perubahan melaju dalam hitungan bulan. Tanggal 18 Maret 2008, Jay Zwally,
ahli iklim NASA, memprediksi es di Arktika hampir semua akan mencair pada
akhir musim panas 2012. Hanya dalam waktu dua bulan prediksi itu bergeser.
Tanggal 1 Mei 2008 lalu, prediksi terbaru dilansir NASA: mencairnya semua
es di Arktika bisa terjadi di akhir tahun 2008 ini. Sederet tanda-tanda
bahaya yang telah terjadi sebelumnya adalah volume es di Arktika pada
musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari empat tahun sebelumnya. Es di
Greenland yang telah mencair mencapai 19 juta ton. Fenomena terbaru
lainnya, pada tanggal 8 Maret 2008 beting es Wilkins di Antartika yang
berusia 1500 tahun pecah dan runtuh seluas 414 kilometer persegi (hampir
1,5 kali luas kota Surabaya atau sepertiga luas Jakarta).



Efek
domino apa yang membayang bila es di Arktika mencair semua? Mencairnya es
di Arktika tidak akan menaikkan level permukaan air laut, melainkan akan
mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri. Bila es di Arktika
mencair semua, 80% sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap
95% oleh air laut. Konsekuensi lanjut adalah potensi terlepasnya 400
miliar ton gas metana atau 3000 kali dari jumlah
gas metana di
atmosfer. Gas metana dapat terlepas akibat mencairnya bekuan gas metana yang
stabil pada suhu di bawah dua derajat celcius. Seperti diketahui, gas metana
memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari gas CO2. Salah satu
skenario yang mungkin terjadi adalah terulangnya bencana








 

Ada 400
miliar ton gas metana di dasar laut Kutub yang dapat memusnahkan kehidupan
di Bumi  


kepunahan massal
yang pernah terjadi pada 55 juta tahun yang lalu dikenal dengan masa PETM
(Paleocene-Eocene Thermal Maximum). Saat itu, gas metana yang terlepas ke
atmosfer mengakibatkan percepatan pemanasan global hingga mengakibatkan
kepunahan massal. Bukti geologi lain menunjukkan kepunahan massal juga
pernah terjadi 251 juta tahun lalu, pada akhir periode Permian. Akibat
terlepasnya gas metana, lebih dari 94% spesies mengalami kepunahan massal.
Kematian massal
terjadi mendadak karena turunnya level oksigen secara ekstrem.



Membaca fakta-fakta di atas, satu hal yang patut digarisbawahi adalah
tenggat waktu yang semakin sempit. Dr. Rajendra K. Pachauri, Ketua IPCC,
menekankan bahwa dua tahun ke depan merupakan masa tenggat penting untuk
menghambat laju pemanasan global yang bergerak dengan sangat cepat. James
Hansen, ahli iklim NASA, mengatakan bahwa kita telah berada di titik sepuluh
persen di atas batas ambang kemampuan Bumi mencerna CO2. Artinya, kita telah
melampaui titik balik. Pada level saat ini, tindakan yang harus diambil
bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.



Kita butuh kecepatan dan ketepatan membaca masalah hingga dapat memilih
solusi yang efektif. Solusi yang mampu berpacu dengan waktu untuk
memperlambat laju pemanasan global. Berkaitan dengan ini, dalam konferensi
persnya di Paris, 15 Januari 2008, Pachauri mengimbau masyarakat dunia dalam
tingkat individu untuk: pertama, jangan makan daging. Kedua, kendarai sepeda.
Ketiga, jadilah konsumen yang hemat.



Mengapa
”jangan makan daging” berada pada urutan pertama? Fakta berbicara, seperti
laporan yang dirilis Badan Pangan Dunia – FAO (2006) dalam Livestock’s Long
Shadow – Environmental Issues and Options, daging merupakan komoditas
penghasil emisi karbon paling intensif (18%), bahkan melebihi kontribusi
emisi karbon gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk,
pesawat, kapal, kereta api, helikopter) di dunia (13%). Peternakan juga
adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 70% persen bekas
hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Setiap
tahunnya, penebangan hutan untuk pembukaan lahan peternakan berkontribusi
emisi 2,4 miliar ton CO2.



Memelihara ternak membutuhkan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan
pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, mesin
pendingin untuk penyimpanan daging. Mesin pendingin merupakan mata rantai
paling tidak efisien energi listrik. Hitung saja mesin pendingin mulai dari
rumah jagal, distributor, pengecer, rumah makan, pasar hingga sampai pada
konsumen. Mata rantai inefisiensi berikutnya adalah alat transportasi untuk
mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung lain dalam
peternakan intensif seperti obat-obatan, hormon dan vitamin.



Mata rantai lain yang sangat tidak efisien tapi telah berlaku demikian
kronis adalah pemanfaatan hasil pertanian untuk peternakan. Dua pertiga
lahan pertanian di muka Bumi ini digunakan untuk peternakan. Sebagai contoh,
Eropa mengimpor 70% protein (kedelai, jagung dan gandum) dari pertanian
untuk peternakan. Indonesia sendiri pada tahun 2006 mengimpor jagung untuk
pakan ternak 1,77 juta ton. Prediksi produksi pakan ternak naik dari 7,2
juta ton menjadi 7,7 juta ton, kata Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan
Unggas-Paulus Setiabudi (Kompas, 8 November 2007). Sementara itu, menurut
data Indonesian Nutrition Network (INN), setengah dari penduduk Indonesia
mengalami kelaparan tersembunyi (16 Sept 2005), sebagaimana yang dikemukakan
oleh Menteri Kesehatan DR. dr. Fadillah Supari, SPJP(K).



Tanggal 30 April 2008 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak
segenap bangsa ini untuk bersama saling membahu menghadapi krisis pangan
dunia. Akar masalah kelangkaan pangan jika dicermati salah satunya adalah
krisis manajemen lahan itu sendiri. Secara matematis, inefisiensi pemakaian
lahan pertanian untuk pakan ternak tercermin dari perhitungan kalori yang
“terbuang” untuk membesarkan ternak cukup. Pakan yang selama ini diberikan
kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Berarti
masih ada kelebihan kalori untuk 2,1 miliar orang. Sebenarnya tidaklah sulit
untuk memahami mendesaknya perubahan pola makan ini, yakni perubahan ke pola
makan yang mata rantainya pendek. Perut manusia bisa langsung mencerna
kedelai, jagung dan gandum tanpa harus melalui perut ternak terlebih dahulu.
Tidakkah beralih ke pola makan bebas daging justru dapat menjadi solusi
ketimpangan akses pangan seluruh dunia?



Pertanian untuk pakan ternak itu sendiri merupakan penyumbang 9% CO2 (karbondioksida),
65% N2O (dinitrooksida) dan 37% CH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah
kaca N2O adalah 296 kali CO2, sedangkan CH4 adalah 25 kali CO2. Satu lagi
masalah industri peternakan yang sangat krusial yakni, inefisiensi air.
Sekian triliun galon air diperuntukkan untuk irigasinya saja. Sebagai
gambaran sederhana, untuk mendapatkan satu kilogram daging sapi mulai dari
pemeliharaan, pemberian pakan ternak, hingga penyembelihan seekor sapi
membutuhkan satu juta liter air! Data yang dihimpun Lester R. Brown,
Presiden Earth Policy Institute dan Worldwatch Institute, memaparkan dalam
bukunya ”Plan B 3.0 Mobilizing to Save Civilization” (2008) bahwa karena
untuk memproduksi satu ton biji-bijian membutuhkan seribu ton air, tidak
heran bila 70% persediaan air di dunia digunakan untuk irigasi.



Jejak emisi gas rumah kaca daging terukur jelas. Dr Rajendra memberi
ilustrasi konversi energi untuk memelihara sampai menghasilkan sepotong
daging sapi, domba atau babi sama besar dengan energi yang dibutuhkan untuk
menyalakan lampu 100 watt selama 3 minggu. Satu kilogram daging menyumbang
36,4 kg CO2, tidak heran bila data dari film dokumenter ”Meat The Truth”
menyebutkan emisi CO2 seekor sapi selama setahun sama dengan mengendarai
kendaraan sejauh 70.000 km. Penelitian di Belanda (www.partijvourdedie.en.el)
mengungkapkan, seminggu sekali saja membebaskan piring makan dari daging
masih 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah
tangga dalam setahun.



Penelitian paling gres yang dilakukan Prof. Gidon Eshel dan Pamela A. Martin
(”Diet, Energy and Global Warming”) merunut kontribusi setiap potongan
daging terhadap emisi karbon. Penelitian ini diakui secara ilmiah dan
dipublikasikan dalam jurnal bergengsi para ilmuwan Earth Interaction Vol. 10
(Maret 2006). Jumlah gas rumah kaca yang diemisikan oleh daging merah, ikan,
unggas, susu dan telur jika dibandingkan dengan diet murni nabati/vegan,
ternyata jika satu orang dalam setahun mau mengganti diet hewani mereka ke
diet nabati murni/vegan akan mencegah emisi CO2 sebesar 1,5 ton. Lima puluh
persen lebih efektif daripada upaya mengganti mobil Toyota Camry ke mobil
Toyota Prius hybrid sekalipun yang
ternyata hanya mampu mencegah 1 ton emisi CO2.







Objektivitas akan menuntun kita untuk mengakui pola konsumsi daging sebagai
kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Pilihan kita tidak banyak,
mengingat tenggat waktu yang demikian sempit. Mengutip tulisan Senator
Queensland, Andrew Bartlett, bahwa seluruh dunia tidak mesti menjadi
vegetarian atau vegan untuk menyelamatkan planet kita, tapi kita harus
mengakui fakta-fakta ilmiah ini, bahwa jika kita tidak mengurangi konsumsi
produk hewani, kesempatan kita untuk menghentikan perubahan iklim adalah
nihil. Menurut Bartlett, tidak ada langkah yang lebih murah, lebih mudah dan
lebih cepat untuk dilakukan yang dapat mengurangi kontribusi tiap individu
terhadap emisi gas rumah kaca selain memangkas jumlah konsumsi daging dan
produk susu dan olahannya.



Aksi untuk hemat bahan bakar kita masih banyak bergantung pada fasilitas
umum. Upaya yang paling bisa kita lakukan adalah menggunakan kendaraan umum.
Namun, sudah menjadi rahasia umum, tidak mudah untuk menggunakan kendaraan
umum jika berhadapan dengan kepentingan keamanan, dan untuk ini kita masih
bergantung pada kebijakan pemerintah. Aksi hemat energi dalam konteks yang
paling ideal bergantung pada teknologi. Sumber energi paling ramah
lingkungan yakni tenaga angin, air, dan matahari, masih jauh membutuhkan
teknologi dan biaya yang tidak kecil. Butuh waktu yang panjang dan upaya
ekstra untuk menggerakkan kesadaran massal untuk hemat energi, hemat listrik,
hemat bahan bakar karena harus berhadapan dengan kebiasaan dan perilaku yang
telah mengakar.



Mengubah pola makan juga berhadapan dengan kebiasaan yang telah mengakar.
Namun, memegang sendok dan akhirnya menjatuhkan pilihan apa yang akan
dimasukkan ke mulut kita, sepenuhnya berada di kendali kita. Langsung bisa
dilakukan! Jarak antara piring dan mulut kita mungkin hanya sejarak panjang
sendok, membalikkan isi sendoknya hanya butuh waktu sekedipan mata, tapi
kendalinya ada pada mindset tiap kita. Sejenak, biarkan kepala dingin hadir.
Mari dengan mata jernih melihat realitas, mengakui fakta betapa tekanan pola
konsumsi daging sedemikian hebatnya pada daya dukung Bumi. Sejenak merasakan
beban berat Bumi ini mungkin akan menggeser pilihan kita ke pola konsumsi
tanpa daging, pola yang jauh lebih ramah Bumi.







Selebritis Vegetarian Indonesia



 



 















Download Gratis Buku Pemanasan
Global

         










Labels: